Sabtu, 30 Juni 2012

MARI KITA BERSYUKUR


Mari sahabat kita menghitung berapakah harga nafas dalam satu hari dan pernahkah kita
menanyakan harga Oksigen di Apotik ? Jika belum tahu, +/- Rp 25rb/ltr,

Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik ? Jika belum tahu, +/- Rp 9.950/ltr.

>> Taukah Bahwa dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen & 11.376 liter Nitrogen  

                            2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-
                          11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-
                                             —————————————
                               Total biaya sehari = Rp.185.191.200,-

Biaya bernafas 1 bln = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,-
1 thn 365 hari maka biaya utk bernafas selama 1 th 365 x 185.191.200 = 67.594.788.000,-

Jika harus dihargai dgn Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yg kita hirup, akan mencapai Rp.185Juta lebih/hr/manusia.

Sahabatku !
Jika kita hitung harga nafas dalam satu hari Rp.185 Juta, Maka sebulan Rp.5,5M/orang, setahun Rp.67,5 Milyar /orang !!! sudah berapa lamakah kita hidup di bumi Allah ini? dan…. berapa rupiah biaya yang harus kita keluarkan untuk hidup selama itu jika udara yang kita hirup harus dibayar? Sungguh manusia pada hakekatnya sangat LEMAH & TIDAK LAYAK BERLAKU SOMBONG di muka BUMI ini !

Orang yg paling KAYApun tdk akan sanggup melunasi biaya Nafas hidupnya, kalo Tuhan mau pake Rumus dagang sama manusia !

Masihkah kita belum mau BERSYUKUR ? ? !
http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/s480x480/250680_10150920929388600_1451861599_n.jpg

Selasa, 26 Juni 2012

SANDARAN MASA DEPAN


Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”

Sang ibu tertawa dan menjawab terus terang, “Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam supaya tidak sempat menggigit kamu atau keluarga kita.”

Mendengar jawaban itu, si anak tersenyum dan kembali meneruskan kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian, si anak kembali berpaling pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu. “Terus Bu, aku waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu mengajukan pertanyaan yang hampir sama.

Kali ini sang Ibu menjawab dengan suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan sampai kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar.”

Si anak kembali tersenyum, dan lalu memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu bersandar pada Ibu.”

Sembari mengusap-usap rambut anaknya, sang Ibu membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh tersungkur ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak selamanya ibu bisa mendampingimu.”

Ada berapa banyak orangtua di antara kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati? Tidak sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental pemberani si anak?

Jadi, adalah bijak bila semua orangtua tidak hanya menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan juga membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari. Adalah bijak jika para orangtua membentuk anak-anaknya sebagai pribadi mandiri kelak di saat orangtua itu sendiri tidak bisa lagi mendampingi anak-anaknya di dunia.