Selasa, 23 Oktober 2012

KISAH HIDUP SI ANAK TUKANG KAYU


Masa kecil Jokowi bukanlah orang yang berkecukupan, bukanlah orang kaya. Iaanak tukang kayu, nama bapaknya Noto Mihardjo, hidupnya amat prihatin, dia besar di sekitar Bantaran Sungai. Ia tahu bagaimana menjadi orang miskin dalam artian yang sebenarnya.
Bapaknya penjual kayu di pinggir jalan, sering juga menggotong kayu gergajian. Ia sering ke pasar, pasar tradisional dan berdagang apa saja waktu kecil. Ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pedagang dikejar-kejar aparat,diusiri tanpa rasa kemanusiaan, pedagang ketakutan untuk berdagang. Ia prihatin, ia merasa sedih kenapa kota tidak ramah kepada manusia.
Sewaktu SD ia berdagang apa saja untuk biaya sekolah, ia mandiri sejak kecil, tidak ingin menyusahkan bapaknya yang tukang kayu itu. Ia mengumpulkan uangreceh demi receh dan ia celengi di tabungan ayam yang terbuat dari gerabah.Kadang ia juga mengojek payung, membantu ibu-ibu membawa belanjaan, ia jadikuli panggul. Sejak kecil ia tahu bagaimana susahnya menjadi rakyat, tapi disini ia menemukan sisi kegembiraannya.
Ia sekolah tidak dengan sepeda, tapi jalan kaki. Ia sering melihat suasana kota, di umur 12 tahun dia belajar menggergaji kayu, tangannya pernah terluka saat menggergaji, tapi ia senang dan ia gembira menjalani kehidupan itu, baginya “Luwih becik rengeng-rengeng dodol dawet, timbang numpak mercy mbrebes mili”. Keahliannya menggergaji kayu inilah yang kemudian membawanya ingin memahami ilmu tentang kayu.
Lalu ia berangkat ke Yogyakarta, ia diterima di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, jurusan kehutanan. Ia pelajari dengan tekun struktur kayu dan bagaimana pemanfaatannya serta teknologinya. Masa kuliah ia jalani dengan amat prihatin, karena tidak ada biaya hidup yang cukup. Kuliahnya disambi dengankerja sana sini untuk biaya makan, ia sampai lima kali pindah indekost karena tidak mampu membayar biaya kost dan mencari yang lebih murah.
Hidup dengan prihatin membawanya kepada situasi disiplin, Jokowi mampu menerjemahkan kehidupan prihatinnya lewat bahasa kemanusiaan, bahwa dalam kondisi susah orang akan menghargai tindakan-tindakan manusiawi, disinilah Jokowi belajar untuk rendah hati.
Setamat kuliah ia tetap menjadi tukang gergaji kayu, tapi ia sudah memilikiwawasan, ia melihat industri kayu berkembang pesat, ia mendalami mebel. Disini ia pertaruhkan segalanya, rumah kecil satu-satunya milik bapaknya ia jaminkan ke Bank. Ia bukan saja berhasil, tapi ia juga pengambil resiko yang cerdas.Dari sebuah bengkel mebel dengan gedek disamping pasar yang kumuh, berhasildikembangkannya. Ia menangis ketika pekerja-pekerjanya bisa makan.
Suatu saat ia kedatangan seorang Jerman bernama Micl Romaknan, orang Jerman ini kebetulan tidak membawa grader (ahli nilai) kayu, ia ngobrol dengan Jokowi,kata orang Jerman itu : “Wah, di Jepara saya ketemu orang namanya Joko, baiklah kamu kunamakan saja Djokowi, kan mirip Djokovich” akhirnya terciptalah sebuah nickname Jokowi yang melegenda itu.
Perkembangan bisnisnya bagus, ia dipercaya karena ia jujur, orang Jerman suka dengan orang yang jujur dan pekerja keras, Jokowi hanya tidur 3 jam sehari,selebihnya adalah kerja. Ia tidak pernah makan uang dari memeras atau pungli, ia makan dari keringatnya sendiri. Dengan begitu hidupnya berkah. Jokowi berhasil mengekspor mebel puluhan kontainer dan ia jalan-jalan ke Eropa.
Tidak seperti kebanyakan orang Indonesia yang mengunjungi Eropa dengan carahura-hura atau foto sana, foto sini tanpa memahami hakikat masyarakatnya. Jokowi di Eropa berpikir reflektif. “Kenapa kota-kota di Eropa, kok sangat manusiawi, sangat tinggi kualitasnya baik kualitas penghargaan terhadap ruang gerak masyarakat sampai dengan kualitas terhadap lingkungan” lama ia merenungkan ini, akhirnya ia menemukan jawabannya “Ruang Kota dibangun dengan Bahasa Kemanusiaan, Bahasa Kerja dan Bahasa Kejujuran”. Tiga cara itulah yang kemudian dikembangkan setelah ia menduduki jabatan di Solo.

Setelah sukses di bisnis, Jokowi berpikir “Bagaimana ia bisa berterima kasih pada bangsanya” lalu ia mendapatkan jawabannya, bahwa contoh terbaik untuk berterima kasih adalah dengan menjadi pemimpin rakyat yang bertanggung jawab. Lalu ia masuk ke dalam dunia politik dengan seluruh rasatanggung jawab. Pertanggung jawaban politiknya adalah pertanggungjawaban moral bukan karena ia mencari hidup dalam dunia politik, ia ikhlas dalam bekerja,baginya inilah cara berterima kasih kepada bangsanya.

Ia masuk ke dalam dunia politik, awalnya tidak dipercaya, karena sosoknya lebih mirip tukang becak alun-alun kidul ketimbang seorang gagah yang hebat, dalam masyarakat kita, sosok dengan ‘bleger’ yang besar lebih diambilhati ketimbang orang dengan sosok kurus, ceking dan tak berwibawa itulah yang dialami Jokowi, tapi beruntung bagi Jokowi, saat itu masyarakat Solo sedangbosan dengan pemimpin lama yang itu itu saja, mereka mencoba sesuatu yang baru. Akhirnya Jokowi menang tipis.
 
Masyarakat mempercayainya dan ia menjawabnya dengan “Kerja” ia siang malam bekerja untuk kotanya, ia datangi tanpa lelah rakyatnya, ia resmikan gapura-gapura pinggir jalan, ia hadir pada selamatan-selamatan kecil, ia terus diundang bahkan untuk meresmikan pos ronda sebuah RW sekalipun. Iabekerja dari akarnya sehingga ia mengerti anatomi masyarakat.
Suatu hari Jokowi didatangi Kepala Satpol PP. Kepala Satpol itu meminta pistol karena ada perintah pemberian senjata dari Mendagri. Jokowi meradang dan menggebrak meja “Gila apa aku menembaki rakyatku sendiri, memukuli rakyatku sendiri…keluar kamu…!!” kepala Satpol PP itupun dipecat dan diganti dengan seorang perempuan, pesan Jokowi pada kepala Satpol PP perempuan itu “Kerjalah dengan bahasa cinta, karena itu yang diinginkan setiap orang terhadap dirinya, cinta akan membawa pertanggungjawaban, masyarakat akan disiplin sendiri jika ia sudah mengenal bagaimana ia mencintai dirinya, lingkungan dan Tuhan. Dari hal-hal inilah Jokowi membangun kota-nya, membangun Solo dengan bahasa cinta….”.
Apakah di Jakarta ia tak bakalan mampu? banyak yang nyinyir bahwa Solo bukan Jakarta. Tapi apa kata Jokowi “Hidup adalah tantangan, jangan dengarkan omongan orang, yang penting kerja, kerja dan kerja. Kerja akan menghasilkansesuatu, sementara omongan hanya menghasilkan alasan”
 
Jokowi berangkat dalam alam paling realistisnya. Kepemimpinan yang realistis, bertanggungjawab dan kredibel. Beruntung Indonesia masih memiliki Jokowi, pada Jokowi : “Merah Putih ada harapan berkibar kembali dengan rasa hormat dan bermartabat sebagai bangsa.
Masihkah idealisme itu tetap hidup?

HATI-HATI DENGAN PIKIRANMU

Hati-hati dengan pikiranmu, pikiranmu akan menjadi perkataan.
Hati-hati dengan perkataanmu, perkataanmu akan menjadi perbuatan.
Hati-hati dengan perbuatanmu, perbuatan akan menjadi kebiasaan.
Hati-hati dengan kebiasaanmu, kebiasaan akan menjadi karakter.
Hati-hati dengan karaktermu, karena karaktermu akan menentukan nasibmu.
Berbahagialah kamu yang memiliki karakter positif, karena itulah nasibmu.
(Willi Susilo)

Rabu, 08 Agustus 2012

IBU YANG PEMBOHONG DI SEPANJANG HIDUPNYA


     Hampir sebua ibu di dunia adalah pembohong sepanjang hidup kita. Inilah bukti kebohongan ibu dalam kehidupan kita :

     Saat makan, jika makanan kurang, ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata :  “Cepatlah makan, ibu tidak lapar.”
Waktu makan, ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata : “Ibu tidak suka daging, makanlah nak …”.
Tengah malam saat dia sedang menjaga anaknya yang sakit, ia berkata : Istirahatlah nak, ibu masih belum ngantuk.”
Saat anak suda tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu, ia berkata : “Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang.”
Saat anak sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, ia lantas berkata : “Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana.”
Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bias tersenyum sambil berkata : “Jangan menangis, ibu tidak apa-apa.”

Ini adalah kebohongan terakhir yang dibuat ibu. Tidak peduli seberapa kaya kita. Seberapa dewasanya kita, ibu selalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya.
Semoga semua anak di dunia ini bias menghargai setiap kebohongan seorang ibu, karena beliaulah malaikat nyata yang dikirim Tuhan untuk menjaga kita. 

Sabtu, 30 Juni 2012

MARI KITA BERSYUKUR


Mari sahabat kita menghitung berapakah harga nafas dalam satu hari dan pernahkah kita
menanyakan harga Oksigen di Apotik ? Jika belum tahu, +/- Rp 25rb/ltr,

Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik ? Jika belum tahu, +/- Rp 9.950/ltr.

>> Taukah Bahwa dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen & 11.376 liter Nitrogen  

                            2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-
                          11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-
                                             —————————————
                               Total biaya sehari = Rp.185.191.200,-

Biaya bernafas 1 bln = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,-
1 thn 365 hari maka biaya utk bernafas selama 1 th 365 x 185.191.200 = 67.594.788.000,-

Jika harus dihargai dgn Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yg kita hirup, akan mencapai Rp.185Juta lebih/hr/manusia.

Sahabatku !
Jika kita hitung harga nafas dalam satu hari Rp.185 Juta, Maka sebulan Rp.5,5M/orang, setahun Rp.67,5 Milyar /orang !!! sudah berapa lamakah kita hidup di bumi Allah ini? dan…. berapa rupiah biaya yang harus kita keluarkan untuk hidup selama itu jika udara yang kita hirup harus dibayar? Sungguh manusia pada hakekatnya sangat LEMAH & TIDAK LAYAK BERLAKU SOMBONG di muka BUMI ini !

Orang yg paling KAYApun tdk akan sanggup melunasi biaya Nafas hidupnya, kalo Tuhan mau pake Rumus dagang sama manusia !

Masihkah kita belum mau BERSYUKUR ? ? !
http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/s480x480/250680_10150920929388600_1451861599_n.jpg

Selasa, 26 Juni 2012

SANDARAN MASA DEPAN


Alkisah, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya, “Ibu, temanku tadi cerita kalau ibunya selalu membiarkan tangannya sendiri digigit nyamuk sampai nyamuk itu kenyang supaya ia tak menggigit temanku. Apa ibu juga akan berbuat yang sama?”

Sang ibu tertawa dan menjawab terus terang, “Tidak. Tapi, Ibu akan mengejar setiap nyamuk sepanjang malam supaya tidak sempat menggigit kamu atau keluarga kita.”

Mendengar jawaban itu, si anak tersenyum dan kembali meneruskan kegiatan bermainnya. Tak berapa lama kemudian, si anak kembali berpaling pada ibunya. Ternyata mendadak ia teringat sesuatu. “Terus Bu, aku waktu itu pernah dengar cerita ada ibu yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan kenyang. Kalau ibu bagaimana?” Anak itu mengajukan pertanyaan yang hampir sama.

Kali ini sang Ibu menjawab dengan suara lebih tegas, “Ibu akan bekerja keras agar kita semua bisa makan sampai kenyang. Jadi, kamu tidak harus sulit menelan karena melihat ibumu menahan lapar.”

Si anak kembali tersenyum, dan lalu memeluk ibunya dengan penuh sayang. “Makasih, Ibu. Aku bisa selalu bersandar pada Ibu.”

Sembari mengusap-usap rambut anaknya, sang Ibu membalas, “Tidak, Nak! Tapi Ibu akan mendidikmu supaya bisa berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, agar kamu nantinya tidak sampai jatuh tersungkur ketika Ibu sudah tidak ada lagi di sisimu. Karena tidak selamanya ibu bisa mendampingimu.”

Ada berapa banyak orangtua di antara kita yang sering kali merasa rela berkorban diri demi sang buah hati? Tidak sadarkah kita bahwa sikap seperti itu bisa menumpulkan mental pemberani si anak?

Jadi, adalah bijak bila semua orangtua tidak hanya menjadikan dirinya tempat bersandar bagi buah hati mereka, melainkan juga membuat sandaran itu tidak lagi diperlukan di kemudian hari. Adalah bijak jika para orangtua membentuk anak-anaknya sebagai pribadi mandiri kelak di saat orangtua itu sendiri tidak bisa lagi mendampingi anak-anaknya di dunia.